The Blog

Dalam sambutannya, mantan Pj Gubernur Kalimantan Selatan itu mengingatkan civitas akademika dan para mahasiswa ISBI Aceh, bahwa sebagai institusi pendidikan seni dan budaya, ISBI Aceh memiliki tantangan yang berat dalam melahirkan seniman dan budayawan.

 

 

“Kebanyakan seniman tak sekolah formal. Coba di cek, jika iya, maka sudah benar adanya bahwa eksistensi ISBI ini menjadi penting karena ISBI adalah sekolah tempat seni budaya dikembangkan dan dipelajari. Pada masa lalu seni budaya tidak ada sekolahnya, namun mampu menghasilkan seniman yang luar biasa. Kini, dengan keberadaan sekolah formal seperti ISBI, maka harus menghasilkan lebih banyak lagi seniman,” kata Safrizal.

Pria yang juga pernah menjabat sebagai Pj Gubernur Bangka Belitung itu menambahkan, dari usia mungkin masih sangat muda, namun 10 tahun di sektor pendidikan adalah sebuah momentum untuk bersiap.

 

 

“Seperti pelari yang sedang mengambil ancang-ancang, ini adalah momentum bagi civitas akademika ISBI untuk bersiap berlari, membuat lompatan-lompatan besar untuk memajukan seni dan budaya,” ucap Safrizal bertamsil.

“ISBI harus mampu tampil sebagai elemen yang menggaungkan bahwa Aceh, bahwa Indonesia adalah negeri yang berbudaya. Kita negeri besar bukan negeri sarkas yang gemar memaki untuk mendapat atensi. Berteriak tanpa jelas tujunya tanpa jelas maknanya,” imbuh alumni terbaik STPDN angkatan pertama itu..

 

 

Pada kesempatan tersebut, Safrizal juga berpesan agar civitas akademika ISBI Aceh, untuk merumuskan kebudayaan dalam keseharian masyarakat.

“Tolong suarakan ini, meski ISBI baru berusia 10 tahun, tolong rumuskan kebudayaan Aceh dalam sikap keseharian bukan dalam sikap seremoni belaka. Mari kita naikkan peradaban kita sebagai negeri yang memiliki budaya dan peradaban tinggi,” imbau Pj Gubernur.

 

 

“Coba perhatikan, negara-negara besar pasti memiliki kebudayaan dan peradaban yang cukup tinggi, termasuk di Aceh. Sebagaimana kita ketahui, seni budaya Aceh sudah termasyhur sejak dulu,” sambung Pj Gubernur.

Safrizal menambahkan, melalui pelaksanaan PON XXI, Aceh mampu menunjukkan kemasyhuran peradaban dan budaya Indatu.

“Melalui PON XXI, kita berhasil merubah persepsi dunia luar tehadap Aceh melalui adab Peumulia Jamee Adat Geutanyoe, masyarakat Aceh berhasil menunjukkan hospitalitynya, keramahtamahannya sebagai sebuah negeri yang berkebudayaan,” kata Pj Gubernur.

 

 

Sebagai komponen bangsa, sambung Safrizal, kita sudah bersepakat, bahwa Budaya adalah Pemersatu Bangsa. “Kita telah bersepakat untuk bersatu dalam kebhinekaan atau unity in diversity. Dengan keberagaman seni budaya, kita menjadi sebuah bangsa yang kuat hingga kini.”

Pada kesempatan tersebut, Rektor ISBI Prof Wildan, menyerahkan buku dan cinderamata kepada Pj Gubernur Safrizal dan Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Prof Irwan Abdullah. []

 

 

Pj Gubernur Aceh, Syarizal, ZA bersama Rektor ISBI Aceh, Prof Wildan dan Prof Irwan Abdullah, Selasa (8/10/2024). Foto: Humas Aceh